Penggunaan BBM yang meningkat memang merupakan problem yang cukup rumit. Karena konsumsi bahan bakar seiring makin banyaknya jumlah kendaraan akan memperbanyak biaya subsidi. Untuk itu, mobil efisien bahan bakar, seperti hybrid adalah solusi yang paling tepat.
Hal ini dikemukakan Direktur Marketing Toyota Astra Motor, Joko Trisanyoto, saat diskusi harian di booth Toyota Indonesia International Motor Show, Senin, 14 Juli 2008 sore.
"Konsumsi bahan bakar mobil hybrid bisa lebih hemat 50 persen dari versi mobil mesin konvensional. Contoh pada Toyota Prius saja, konsumsinya bisa mencapai 25 km/liter. Jika populasi hybrid di Indonesia banyak, tentu dampaknya akan menekan jumlah subsidi bahan bakar yang dikeluarkan pemerintah," kata Joko.
Namun, Joko masih menyangsikan minat konsumen memiliki mobil hybrid lantaran harganya yang masih tinggi. Toyota Prius saja, jika didatangkan ke Indonesia harganya bisa mencapai Rp 495 juta. Harga yang sama dengan model Civic hybrid. Padahal harganya bisa ditekan hingga menyamai model Toyota Corolla Altis yang dihargai Rp 300 jutaan.
Sementara permintaan pemerintah agar produsen kendaraan memproduksi mobil hybrid di Indonesia untuk mendapatkan insentif, ditanggapi sebagai hal yang berisiko. "Agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang mendatangkan hybrid perlu menjajaki sejauh mana minat konsumen terhadap hybrid. Jika bagus produsen akan mempertimbangkan untuk memproduksi di sini, jika tidak bisa rugi," kata Joko.
Toyota Astra Motor sendiri, sejak 2006, sudah membawa 6 unit Prius hybrid ke Indonesia untuk dipinjamkan ke lembaga pemerhati lingkungan. Baik unsur pemerintah, LSM, kalangan akademisi, maupun artis.
Sejak tahun tersebut, Prius tak mengalami masalah berarti digunakan di Indonesia. Artinya infrastruktur di Indonesia sebenarnya cukup mendukung.
Achmad Rizal, Head Marketing Communication PT TAM mengatakan, hingga saat ini Toyota Prius yang didatangkan ke Indonesia tidak mengalami masalah berarti. Biaya perawatan pun sama dengan mesin bensin 1.500 cc. Sementara motor listrik dan baterai sanggup bertahan lama.
"Sejak diluncurkan 2007, Prius tak mengalami permasalahan dalam baterai dan motor listrik," katanya.
Meski mendorong penggunaan hybrid di Indonesia, TAM mengaku belum berniat memasarkannya. Rizal juga mengungkapkan, meski sudah banyak peminat Toyota Prius, TAM belum bisa menerima pemesanan. Untuk itu, konsumen yang ingin memiliki Prius saat ini membeli melalui jasa importir umum.
Hal ini dikemukakan Direktur Marketing Toyota Astra Motor, Joko Trisanyoto, saat diskusi harian di booth Toyota Indonesia International Motor Show, Senin, 14 Juli 2008 sore.
"Konsumsi bahan bakar mobil hybrid bisa lebih hemat 50 persen dari versi mobil mesin konvensional. Contoh pada Toyota Prius saja, konsumsinya bisa mencapai 25 km/liter. Jika populasi hybrid di Indonesia banyak, tentu dampaknya akan menekan jumlah subsidi bahan bakar yang dikeluarkan pemerintah," kata Joko.
Namun, Joko masih menyangsikan minat konsumen memiliki mobil hybrid lantaran harganya yang masih tinggi. Toyota Prius saja, jika didatangkan ke Indonesia harganya bisa mencapai Rp 495 juta. Harga yang sama dengan model Civic hybrid. Padahal harganya bisa ditekan hingga menyamai model Toyota Corolla Altis yang dihargai Rp 300 jutaan.
Sementara permintaan pemerintah agar produsen kendaraan memproduksi mobil hybrid di Indonesia untuk mendapatkan insentif, ditanggapi sebagai hal yang berisiko. "Agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang mendatangkan hybrid perlu menjajaki sejauh mana minat konsumen terhadap hybrid. Jika bagus produsen akan mempertimbangkan untuk memproduksi di sini, jika tidak bisa rugi," kata Joko.
Toyota Astra Motor sendiri, sejak 2006, sudah membawa 6 unit Prius hybrid ke Indonesia untuk dipinjamkan ke lembaga pemerhati lingkungan. Baik unsur pemerintah, LSM, kalangan akademisi, maupun artis.
Sejak tahun tersebut, Prius tak mengalami masalah berarti digunakan di Indonesia. Artinya infrastruktur di Indonesia sebenarnya cukup mendukung.
Achmad Rizal, Head Marketing Communication PT TAM mengatakan, hingga saat ini Toyota Prius yang didatangkan ke Indonesia tidak mengalami masalah berarti. Biaya perawatan pun sama dengan mesin bensin 1.500 cc. Sementara motor listrik dan baterai sanggup bertahan lama.
"Sejak diluncurkan 2007, Prius tak mengalami permasalahan dalam baterai dan motor listrik," katanya.
Meski mendorong penggunaan hybrid di Indonesia, TAM mengaku belum berniat memasarkannya. Rizal juga mengungkapkan, meski sudah banyak peminat Toyota Prius, TAM belum bisa menerima pemesanan. Untuk itu, konsumen yang ingin memiliki Prius saat ini membeli melalui jasa importir umum.