Transmisi automatic 4-speed yang dipakai Toyota Avanza, baik 1.5 S matik dan 1.3 G Matik dan kelak 1.3 E Matik didatangkan utuh dari Jepang dan bukan buatan Indonesia seperti transmisi manual Toyota Avanza. Kenapa harus dari Jepang, baca terus tulisan ini.
Toyota Avanza Automatic menawarkan kenyamanan dan kemudahan terutama untuk penggunaan dalam kota karena kerja kaki kiri yang mengoperasikan kopling sudah tidak ada lagi. Pengemudi hanya menggunakan kaki kanan untuk menginjak pedal gas atau rem.
Manfaat lain, konsentrasi pengemudi tidak terpecah-pecah. Bayangkan jika menggunakan transmisi manual di tikungan macet menanjak yang dikawal ’Pak Ogah’. Pengemudi harus memutar roda kemudi, menekan gas, menjaga pedal kopling, menoleh kanan kiri memantau situasi diluar, mengontrol laju mobil dengan rem, berebut tempat dengan sepeda motor, membuka kaca jendela, mengambil koin, menyerahkan pada Pak Ogah, wuih.
Lalu bayangkan dengan ini, kaki di pedal rem mengontrol laju mobil, memutar roda kemudi, membuka kaca dan menyerahkan koin. Beres! Mobil bergerak sendiri dengan kecepatan rendah. Soal pindah gigi, menekan gas agar mobil bergerak, menjaga pedal kopling, semua sudah di urus mesin dan sistem transmisi matik. Pengemudi bisa sepenuhnya memantau situasi diluar dan mengarahkan mobilnya agar aman.
Tentu saja ada harga yang harus dibayar. Yang jelas konsumsi bahan bakar transmisi otomatis –bukan Avanza saja- lebih boros dari manual. Dan kampas rem lebih cepat habis jika pengemudi malas menggeser tuas ke posisi N jika berhenti dan malah menekan pedal rem seperti kebiasaan di manual.
Anatomi transmisi matik berbeda dengan manual. Transmisi manual terdiri dari kopling dan susunan gear. Kopling bertugas memisahkan aliran energi dari mesin ke transmisi. Saat pedal kopling ditekan, aliran energi di pisahkan. Saat itulah, tuas transmisi digerakkan untuk memindahkan gigi-gigi sesuai kebutuhan. Pengemudi jadi otaknya, dia yang menentukan kapan harus pindah gigi.
Pada transmisi matik, peran kopling diganti torque converter. Tidak ada susunan gigi-gigi, penggantinya adalah dua set planetary gear (untuk Avanza matic). Sedangkan perpindahan gigi dilakukan sistem hidrolis yang disebut Hydraulic Control System (HCS). Otaknya Electronic Control Transmission (ECT) yang dibisiki banyak sensor. Dia yang memerintahkan HCS untuk menaik-turunkan gigi atau menjaga gigi diputaran tertentu.
Menurut Iwan Abdurahman dari Technical Service Dept. Toyota-Astra Motor, torque conveter bisa disebut kopling otomatis. Tidak seperti kopling yang harus menempel untuk menyalurkan energi mesin, pada torque conventer tidak pernah nempel, energi dialirkan lewat fluida. Anda bisa membayangkan dua buah kipas angin berhadapan. Yang satu dihidupkan dan bilahnya akan berputar. Angin yang berhembus itu akan memutar bilah kipas didepannya. Itu prinsip dasarnya. Nah, pada torque conveter, fluida itu terperangkap dalam ruang tertutup. Jadi fluida yang mengalir akan kembali ke bilah awal dengan energi lebih besar dari semula sehingga putaran yang mengalir lebih kuat. Demikian seterusnya. Nah, selalu ada kondisi dimana mesin sudah berputar tapi aliran fluida itu belum cukup untuk memutar sistem transmisi. Disinilah biasanya bahan bakar terbakar percuma dan menurunkan efisiensi mesin.
Kerja planetary gears lebih rumit dari sistem gears pada manual. Kerjanya harus ditemani ‘asisten’ yang betugas mengerem/menahan gears dan bagian memutar. Kerja sistem dihidupkan oleh aliran fluida yang berasal dari hydraulic control system. Panel dibagian bawah sistem transmisi ini berupa jalur-jalur aliran fluida yang sangat rumit, halus dan berliku-liku seperti rangkaian papan PCB. Karena itu, untuk memproduksi transmisi matik harus dilakukan diruang bebas debu. Karena satu debu saja bisa menyumbang satu pembuluh atau mengerosi saluran. Di Indonesia belum ada pabrik seperti ini, jadi didatangkan utuh dari Jepang.
Apa yang membedakan dengan transmisi matik lainya.? Pada Toyota Soluna misalnya. Sistemnya masih murni hidrolis-mekanis tidak dilengkapi sensor-sensor elektronis yang membantu mengoptimalkan kerja transmisi. Sistem safety juga ditingkatkan. ”Misalkan jika anda tidak sengaja memindahkan gigi dari D ke R,” kata Iwan. Pada transmisi Avanza, tuas tetap pindah, tapi sensor-sensor memberitahu ECT bahwa ini ’perintah ilegal’ yang harus ditangani dengan hati-hati. Sistem akan memperlambat mobil lalu pada pada titik aman, di kecepatan 3km/jam, baru benar-benar pindah ke gigi mundur. Pada transmisi lama, ini fatal.
Avanza tidak dilengkapi dengan overdrive switch. Overdrive artinya transmisi berputar lebih cepat dari putaran mesin. Manfaatnya, mobil melaju lebih kencang. Mudharatnya, torsi sangat kecil. Jika switch ini ditekan, sistem akan menahan supaya gigi tidak pindah ke overdrive. Di Avanza fungsi switch itu digantikan dengan gigi 3. Jika tuas di geser ke posisi 3, maka transmisi matik tidak akan pindah ke gigi empat yang biasanya overdrive. Jadi bila melaju di tanjakan atau turunan, tuas dipindahkan ke posisi ini untuk mendapatkan torsi. Jika dirasa kurang bisa pindah lagi ke 2.
Salah satu kelebihan Avanza Matik adalah start yang smoth dan tidak ada hentakan. Ini karena muslihat yang dilakukan ECT. Ketika start, ECT tidak memerintahkan hydraulic control system untuk meminta planetary gear set merubah diri jadi gigi satu, tapi malah langsung ke gigi 2. Namun ’pembakangan’ itu hanya sesaat saja. Begitu mobil beranjak, langsung komposisi planetary gear berubah lagi ke posisi gigi 1 untuk mendapatkan torsi maksimal dan bergarak penuh tenaga.
”Kerja transmisi automatic sangat tergantung pada fluida yang dipakai atau disebut Automatic Transmission Fluida (ATF). Jadi patuhi rekomendasi pabrikan untuk mendapatkan kinerja optimal,” saran Iwan. Toyota New Avanza menggunakan Dextron yang diganti tiap 40,000km.
Manfaat lain, konsentrasi pengemudi tidak terpecah-pecah. Bayangkan jika menggunakan transmisi manual di tikungan macet menanjak yang dikawal ’Pak Ogah’. Pengemudi harus memutar roda kemudi, menekan gas, menjaga pedal kopling, menoleh kanan kiri memantau situasi diluar, mengontrol laju mobil dengan rem, berebut tempat dengan sepeda motor, membuka kaca jendela, mengambil koin, menyerahkan pada Pak Ogah, wuih.
Lalu bayangkan dengan ini, kaki di pedal rem mengontrol laju mobil, memutar roda kemudi, membuka kaca dan menyerahkan koin. Beres! Mobil bergerak sendiri dengan kecepatan rendah. Soal pindah gigi, menekan gas agar mobil bergerak, menjaga pedal kopling, semua sudah di urus mesin dan sistem transmisi matik. Pengemudi bisa sepenuhnya memantau situasi diluar dan mengarahkan mobilnya agar aman.
Tentu saja ada harga yang harus dibayar. Yang jelas konsumsi bahan bakar transmisi otomatis –bukan Avanza saja- lebih boros dari manual. Dan kampas rem lebih cepat habis jika pengemudi malas menggeser tuas ke posisi N jika berhenti dan malah menekan pedal rem seperti kebiasaan di manual.
Anatomi transmisi matik berbeda dengan manual. Transmisi manual terdiri dari kopling dan susunan gear. Kopling bertugas memisahkan aliran energi dari mesin ke transmisi. Saat pedal kopling ditekan, aliran energi di pisahkan. Saat itulah, tuas transmisi digerakkan untuk memindahkan gigi-gigi sesuai kebutuhan. Pengemudi jadi otaknya, dia yang menentukan kapan harus pindah gigi.
Pada transmisi matik, peran kopling diganti torque converter. Tidak ada susunan gigi-gigi, penggantinya adalah dua set planetary gear (untuk Avanza matic). Sedangkan perpindahan gigi dilakukan sistem hidrolis yang disebut Hydraulic Control System (HCS). Otaknya Electronic Control Transmission (ECT) yang dibisiki banyak sensor. Dia yang memerintahkan HCS untuk menaik-turunkan gigi atau menjaga gigi diputaran tertentu.
Menurut Iwan Abdurahman dari Technical Service Dept. Toyota-Astra Motor, torque conveter bisa disebut kopling otomatis. Tidak seperti kopling yang harus menempel untuk menyalurkan energi mesin, pada torque conventer tidak pernah nempel, energi dialirkan lewat fluida. Anda bisa membayangkan dua buah kipas angin berhadapan. Yang satu dihidupkan dan bilahnya akan berputar. Angin yang berhembus itu akan memutar bilah kipas didepannya. Itu prinsip dasarnya. Nah, pada torque conveter, fluida itu terperangkap dalam ruang tertutup. Jadi fluida yang mengalir akan kembali ke bilah awal dengan energi lebih besar dari semula sehingga putaran yang mengalir lebih kuat. Demikian seterusnya. Nah, selalu ada kondisi dimana mesin sudah berputar tapi aliran fluida itu belum cukup untuk memutar sistem transmisi. Disinilah biasanya bahan bakar terbakar percuma dan menurunkan efisiensi mesin.
Kerja planetary gears lebih rumit dari sistem gears pada manual. Kerjanya harus ditemani ‘asisten’ yang betugas mengerem/menahan gears dan bagian memutar. Kerja sistem dihidupkan oleh aliran fluida yang berasal dari hydraulic control system. Panel dibagian bawah sistem transmisi ini berupa jalur-jalur aliran fluida yang sangat rumit, halus dan berliku-liku seperti rangkaian papan PCB. Karena itu, untuk memproduksi transmisi matik harus dilakukan diruang bebas debu. Karena satu debu saja bisa menyumbang satu pembuluh atau mengerosi saluran. Di Indonesia belum ada pabrik seperti ini, jadi didatangkan utuh dari Jepang.
Apa yang membedakan dengan transmisi matik lainya.? Pada Toyota Soluna misalnya. Sistemnya masih murni hidrolis-mekanis tidak dilengkapi sensor-sensor elektronis yang membantu mengoptimalkan kerja transmisi. Sistem safety juga ditingkatkan. ”Misalkan jika anda tidak sengaja memindahkan gigi dari D ke R,” kata Iwan. Pada transmisi Avanza, tuas tetap pindah, tapi sensor-sensor memberitahu ECT bahwa ini ’perintah ilegal’ yang harus ditangani dengan hati-hati. Sistem akan memperlambat mobil lalu pada pada titik aman, di kecepatan 3km/jam, baru benar-benar pindah ke gigi mundur. Pada transmisi lama, ini fatal.
Avanza tidak dilengkapi dengan overdrive switch. Overdrive artinya transmisi berputar lebih cepat dari putaran mesin. Manfaatnya, mobil melaju lebih kencang. Mudharatnya, torsi sangat kecil. Jika switch ini ditekan, sistem akan menahan supaya gigi tidak pindah ke overdrive. Di Avanza fungsi switch itu digantikan dengan gigi 3. Jika tuas di geser ke posisi 3, maka transmisi matik tidak akan pindah ke gigi empat yang biasanya overdrive. Jadi bila melaju di tanjakan atau turunan, tuas dipindahkan ke posisi ini untuk mendapatkan torsi. Jika dirasa kurang bisa pindah lagi ke 2.
Salah satu kelebihan Avanza Matik adalah start yang smoth dan tidak ada hentakan. Ini karena muslihat yang dilakukan ECT. Ketika start, ECT tidak memerintahkan hydraulic control system untuk meminta planetary gear set merubah diri jadi gigi satu, tapi malah langsung ke gigi 2. Namun ’pembakangan’ itu hanya sesaat saja. Begitu mobil beranjak, langsung komposisi planetary gear berubah lagi ke posisi gigi 1 untuk mendapatkan torsi maksimal dan bergarak penuh tenaga.
”Kerja transmisi automatic sangat tergantung pada fluida yang dipakai atau disebut Automatic Transmission Fluida (ATF). Jadi patuhi rekomendasi pabrikan untuk mendapatkan kinerja optimal,” saran Iwan. Toyota New Avanza menggunakan Dextron yang diganti tiap 40,000km.
Untuk informasi Toyota Avanza terbaru, silahkan klik dibawah ini:
Untuk pemesanan Toyota Avanza Baru, silahkan klik dibawah ini:
Komentar