Toyota Kijang Innova, mobil keluarga legendaris di Indonesia, menjadi finalis Greatest Brands of the Decade di kategori otomotif oleh Marketeers Award. Kali ini mari kita simak lebih detail mengenai teknologi Toyota Kijang Innova sebagai generasi terkini Toyota Kijang.
Terhitung, sudah satu kali kendaraan keluarga ini mengalami perubahan wajah. Namun bukan hanya sekadar bersolek rupa. Melainkan mengalami transformasi cukup signifikan pada komponen penghasil tenaganya. Toyota Kijang Innova sudah mengaplikasi standar emisi Euro 2. Selain lebih ramah lingkungan karena emisi bisa ditekan, Kijang Innova juga lebih irit!
CATALYTIC CONVERTER
Pada dasarnya, mesin 1TR-FE yang diusung Kijang Innova merupakan hasil rancangan mesin masa kini yang canggih. Dapur pacu empat silinder segaris 1.998 cc yang menghasilkan tenaga 136 dk/5.600 rpm dengan torsi maksimal 183 Nm/4.000 rpm ini sudah dilengkapi rangkaian katup DOHC (Double Overhead Camshaft) dengan sistem VVT-i (Variable Valve Timing-Intelligent) dan teknologi Drive By Wire.
Nah, penambahan teknologi pada mesin guna memenuhi standar Euro 2 lebih canggih lagi. Paling kentara adalah hadirnya catalytic converter pada saluran gas buang. Catalytic converter ini menyaring gas-gas beracun dari hasil pembakaran mesin sebelum dibuang ke udara bebas.
Namun, penggunaan catalytic converter tidak sendirian. Karena sistem injeksi pun diubah menjadi sistem closed loop. Oxygen sensor merupakan tanda hadirnya sistem closed loop. Sensor ini membaca jumlah oksigen di gas buang sehingga campuran bahan bakar dan udara selalu terjaga ideal pada angka 14,7:1. "Dengan adanya sensor oksigen ini, maka setelan CO sudah tidak ada lagi," jelas Iwan Abdurahman, Section Head of Technical Service PT TAM.
Beberapa peranti pendukung lain pun berbeda dari Kijang Innova generasi awal. Seperti charcoal canisfer yang sebelumnya ada di belakang, kini lebih besar dan tampak di ruang mesin. "Dengan standar Euro lebih tinggi, charcoal canister juga biasanya lebih besar," lanjut pria murah senyum ini.
Saluran bahan bakar pun berubah. Khususnya injektor, meski tak terlihat juga diganti. "Jika sebelumnya hanya 4 lubang, yang baru punya 12 lubang. Atomisasi bahan bakar lebih baik, maka pembakaran pun lebih sempurna," beber pria asal Bandung ini. Terakhir, disempurnakan dengan ECU yang berbeda dengan sebelumnya. "ECU baru beda program karena sudah pakai oxygen sensor," lanjutnya. Tidak heran kalau Kijang Innova makin efisien.
Tidak hanya di atas kertas, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh BPPT - BTMP (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - Balai Termodinamika, Motor dan Sistem Propulsi), PUSPIPTEK Serpong dengan menggunakan metode pengujian konsumsi bahan bakar berstandar internasional UN ECE R85 dan siklus uji ECE 83-04, Kijang Innova Euro 2 terbukti lebih efisien dibandingkan Non Euro.
Sudah irit, ramah lingkungan pula! Itulah kelebihan Toyota Kijang Innova.
Terhitung, sudah satu kali kendaraan keluarga ini mengalami perubahan wajah. Namun bukan hanya sekadar bersolek rupa. Melainkan mengalami transformasi cukup signifikan pada komponen penghasil tenaganya. Toyota Kijang Innova sudah mengaplikasi standar emisi Euro 2. Selain lebih ramah lingkungan karena emisi bisa ditekan, Kijang Innova juga lebih irit!
CATALYTIC CONVERTER
Pada dasarnya, mesin 1TR-FE yang diusung Kijang Innova merupakan hasil rancangan mesin masa kini yang canggih. Dapur pacu empat silinder segaris 1.998 cc yang menghasilkan tenaga 136 dk/5.600 rpm dengan torsi maksimal 183 Nm/4.000 rpm ini sudah dilengkapi rangkaian katup DOHC (Double Overhead Camshaft) dengan sistem VVT-i (Variable Valve Timing-Intelligent) dan teknologi Drive By Wire.
Nah, penambahan teknologi pada mesin guna memenuhi standar Euro 2 lebih canggih lagi. Paling kentara adalah hadirnya catalytic converter pada saluran gas buang. Catalytic converter ini menyaring gas-gas beracun dari hasil pembakaran mesin sebelum dibuang ke udara bebas.
Namun, penggunaan catalytic converter tidak sendirian. Karena sistem injeksi pun diubah menjadi sistem closed loop. Oxygen sensor merupakan tanda hadirnya sistem closed loop. Sensor ini membaca jumlah oksigen di gas buang sehingga campuran bahan bakar dan udara selalu terjaga ideal pada angka 14,7:1. "Dengan adanya sensor oksigen ini, maka setelan CO sudah tidak ada lagi," jelas Iwan Abdurahman, Section Head of Technical Service PT TAM.
Beberapa peranti pendukung lain pun berbeda dari Kijang Innova generasi awal. Seperti charcoal canisfer yang sebelumnya ada di belakang, kini lebih besar dan tampak di ruang mesin. "Dengan standar Euro lebih tinggi, charcoal canister juga biasanya lebih besar," lanjut pria murah senyum ini.
Saluran bahan bakar pun berubah. Khususnya injektor, meski tak terlihat juga diganti. "Jika sebelumnya hanya 4 lubang, yang baru punya 12 lubang. Atomisasi bahan bakar lebih baik, maka pembakaran pun lebih sempurna," beber pria asal Bandung ini. Terakhir, disempurnakan dengan ECU yang berbeda dengan sebelumnya. "ECU baru beda program karena sudah pakai oxygen sensor," lanjutnya. Tidak heran kalau Kijang Innova makin efisien.
Tidak hanya di atas kertas, berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh BPPT - BTMP (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - Balai Termodinamika, Motor dan Sistem Propulsi), PUSPIPTEK Serpong dengan menggunakan metode pengujian konsumsi bahan bakar berstandar internasional UN ECE R85 dan siklus uji ECE 83-04, Kijang Innova Euro 2 terbukti lebih efisien dibandingkan Non Euro.
Sudah irit, ramah lingkungan pula! Itulah kelebihan Toyota Kijang Innova.
Komentar